Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Legenda Putri Hijau - Bagian Dua

Ruang Menulis Cerita Anak

 << Sebelumnya

Legenda Putri Hijau - Bagian Dua

Halo Teman-teman Putrikaila.my.id, apakabar  semuanya? Kali ini putri akan melanjutkan cerita tentang legenda putri hijau bagian dua, kisah ini masih bercerita tentang sebuah cerita rakyat yang terjadi pada sekitar abad 15 M dan 16 M.

Di ceritakan sebelumnya, para prajurit dari kerajaan Aceh akhirnya menggunakan siasat perang baru, setelah sempat terdesak dan menerima kekalahan, para panglima perangnya meminta para prajuritnya menembakkan ribuan uang emas ke arah prajurit benteng yang bertahan di balik pintu gerbang.

Sesuai prediksi para panglima perang kerajaan Aceh, saat itu suasana menjadi tidak terkendali, para penjaga benteng Putri Hijau saat itu  meninggalkan pos jaganya karena rebutan uang emas. 


Akhirnya para prajurit dari kerajaan Aceh berhasil menerobos benteng pertahan Putri Hijau karena mereka sibuk memunguti uang logam. 


Setelah benteng pertahanannya berhasil di jebol tentara kerajaan Aceh. hal terakhir yang mereka miliki adalah salah seorang saudara Puteri Hijau, yakni Meriam Puntung. 

Meriam Puntung terus menembaki para prajurit dari kerajaan Aceh yang sudah berhasil menerobos masuk ke dalam benteng pertahan Putri Hijau. 


"Malang tak dapat di tolak, untung tak dapat di raih"


Pepatah itu menggenapi takdir yang memang harus tertulis di dalam sejarah.

Karena terus-menerus menembakan amunisi, meriam ini akhirnya menjadi panas dan meledak. Saudara Putri Hijau itu terlontar dari tempatnya dan akhirnya terputus menjadi dua bahagian.

Menurut cerita, bagian moncongnya terlempar dan jatuh di kampung Sukanalu. Sedangkan bagian sisanya terlontar hingga ke Labuhan Deli. Saat ini potongan Meriam itu berada di halaman Istana Maimoon Medan.

Melihat kejadian itu, Ular Simangombus, saudara Sang Puteri lainnya memutuskan untuk menaikkan Puteri Hijau ke atas punggungnya dan menyelamatkan diri melalui sebuah terusan (Jalan Puteri Hijau).


Dikisahkan bahwa Ular Simangombus membawa Putri Hijau pergi meninggalkan benteng dengan masuk ke dalam sungai Deli, dan selanjutnya langsung menuju ke Selat Malaka. 


Menurut kepercayaan masyarakat yang berada di daerah cerita, hingga saat ini masih di percayai bahwa kedua kakak beradik itu menghuni sebuah negeri dasar laut, tepatnya di sekitar Pulau Berhala.


Beberapa cerita legenda lainnya menceritakan bahwa sesungguhnya Puteri Hijau sempat tertangkap. 


Setelah berhasil ditangkap akhirnya dia ditawan lalu dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang selanjutnya dimuat ke dalam kapal untuk dibawa ke Aceh. 


Masih berdasarkan legenda yang sama, diceritakan bahwa ketika kapal sampai di Ujung Jambo Aye, Putri Hijau memohon, agar diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Selanjutnya atas permintaannya, akhirnya dia diberikan berkarung-karung beras dan beribu-ribu telur.


Ketika upacara baru saja dimulai, tiba-tiba saja berhembus angin ribut yang begitu besar dan disusul dengan gelombang yang sangat tinggi dan ganas. Di tengah acara ritual upacara, dari dalam laut tiba-tiba saja muncul jelmaan saudaranya, yaitu Ular Simangombus.


Ular Simangombus yang besar itu dengan rahangnya mengambil peti tempat adiknya dikurung. Selanjutnya dia membawa Puteri Hijau ke dalam laut. 


Selanjutnya di kisahkan secara turun menurun, kakak beradik ini  akhirnya bersemayam di perairan pulau Berhala. 


Bersambung

 

 Kembali

Halaman
1

 © 2020-2023 - Putrikaila1919. All rights reserved

Posting Komentar untuk "Legenda Putri Hijau - Bagian Dua"