Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Legenda Putri Hijau – Bagian Satu

Ruang Menulis Cerita Anak

Legenda Putri Hijau – Bagian Satu

Halo Teman-teman, apakabarnya hari ini? Semoga semuanya dalam keadaan sehat dan baik-baik aja ya, kali ini putrikalila.my.id adak bercerita tentang legenda putri hijau. Menurut beberapa catatan yang putri baca, kisah ini terjadi pada sekitar abad 15 M dan 16 M dan ini adalah periode paling berdarah di zona dataran rendah Aceh, Sumatra Timur, dan semenanjung Malaysia pada waktu itu.

Diketahui pada masa itu ada empat kerajaan yang berperang antara satu dengan yang lainnya, saling adu triks dan berkonspirasi demi untuk bisa menaklukkan dan memperebutkan wilayah kekuasaan di zona perdagangan internasional yang pada saat ini lebih dikenal dengan nama Selat Malaka.

Di tengah berkecamuknya perang yang memperebutkan zona ekonomi, disebuah tepian sungai Deli–tepatnya atau sekitar 9 km dari Labuhan Deli, terlahirlah sebuah legenda klasik tentang seorang anak yang bernama Puteri Hijau.

Menurut beberapa legenda yang mengisahkan, Sang Puteri hijau ini selalu digambarkan dengan segala bentuk keindahan dan juga kecantikannya. Pada beberapa versi di sebutkan bahwa sosok sang puteri yang sangat cantik jelita ini konon lahir di desa Siberaya, dekat hulu sungai Petani (sungai Deli).

Kecantikan sang putri yang konon memancarkan warna kehijauan yang berkilau ini bahkan kesohor hingga ke berbagai pelosok negeri, sebut saja mulai dari Aceh, Malaka, hingga bagian utara pulau Jawa. Karena memancarkan cahaya hijau yang berkilauan inilah yang membuat dia kemudian dinamai dengan Puteri Hijau.

Dalam hikayat yang putrikaila1919.my.id baca, Sang Puteri yang memiliki paras cantik luar bias aini diketahui memiliki dua saudara kembar yang oleh masyarakat kala itu dipercayai sebagai jelmaan dari seekor naga bernama Ular Simangombus dan sebuah meriam bernama Meriam Puntung.

 

Masih menurut legenda, diceritakan bahwa Ular Simangombus ini memiliki selera makan yang luar biasa besarnya. Ular Simangombus ini digambarkan sebagai sosok yang seakan tidak pernah kenyang hingga membuat akyat Siberaya pada waktu itu tidak sanggup lagi untuk menyediakan makanan bagi naga saudara Putri Hijau ini. Karena melihat rakya Siberaya sudah kerepotan untuk memberi makan saudaranya, akhirnya Sang Puteri bersama kedua saudaranya itu memutuskan untuk pindah ke hilir sungai. Mereka menetap di sebuah perkampungan baru yang sekarang bernama Deli Tua. Di tempat baru inilah sang putri bersama para pengikutnya membangun benteng yang kuat. Dan perkampungan baru itu dengan cepat telah berubah menjadi negeri yang sangat Makmur.

Kabar burung akan kecantikan sang putri dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru negeri dan sampai juga ke telinga Raja Aceh kala itu. Sang Raja yang kala itu langsung kepincut akan kecantikan Putri Hijau langsung mengirimkan bala tentaranya untuk meminang sang putri untuk di jadikan permain surinya.

Malang tak dapat di tolak untung tak dapat di raih, pinangan sang Raja saat itu di tolak oleh sang putri dan hal ini membuat sang raja Aceh benar-benar murka. Merasa dirinya begitu terhina akan penolakan ini, sang raja memerintahkan para prajurit kerajaannya untuk menyerang benteng Putri Hijau, tetapi karena benteng pertahanan Putri Hijau sangat kuat, maka upaya sang raja ini menemui kegagalan, para prajurit yang di perintahkan untuk menembus benteng pertahan sang putri mendapatkan kegagalan. Mereka gagal menembus benteg pertahanan.

Sang Raja yang menyadari bahwa jumlah pasukannya menemui kegagalan karena banyak prajuritnya yang terbunuh saat melakukan penyerangan, Ia segera memerintahkan kepada para panglima kerajaannya untuk memakai siasat baru.

 

Bersambung 

 

Bahan bacaan : 1, 
 

 Kembali

Halaman
1

 © 2020-2023 - Putrikaila1919. All rights reserved

2 komentar untuk "Legenda Putri Hijau – Bagian Satu"